Minggu, 05 April 2015

Sony Perkenalkan Ponsel Android 4G Murah

KOMPAS.com - Meski dikabarkan akan segera dijual, divisi smartphone milik Sony ternyata masih cukup rajin merilis perangkat. Belum lama ini pun, perusahaan asal Jepang tersebut baru saja memperkenalkan produk terbarunya, yaitu Xperia E4g.

Pada umumnya, Xperia E4g memiliki desain dan spesifikasi yang tidak jauh berbeda dari Xperia E4. Bahkan, kedua perangkat ini bagaikan saudara kembar. Xperia E4 sendiri baru saja diperkenalkan pada awal bulan Februari 2015 ini.

Lantas, apa yang membedakan keduanya? Xperia E4g dipersenjatai dengan dukungan teknologi jaringan 4G, sebuah teknologi yang tidak dimiliki oleh Xperia E4.

Selain itu, Xperia E4g bakal dilengkapi dengan prosesor yang lebih bertenaga, yakni prosesor quad-core 1,4 GHz, meningkat dari prosesor quad-core 1,3 GHz di sang kakak.

Layarnya sedikit lebih kecil, yakni 4,7 inci dengan dukungan resolusi qHD 960 x 540 piksel. Xperia E4 sendiri memiliki layar 5 inci dengan dukungan resolusi yang sama.

Seperti KompasTekno himpun dari The Next Web, Rabu (25/2/2015), spesifikasi lain dari Xperia E4g sama persis dengan Xperia 4. Ada RAM 1 GB, penyimpanan internal 8 GB, kamera belakang 5 megapiksel, dan kamera depan yang mengusung resolusi sensor 2 megapiksel. Perangkat ini berjalan di sistem operasi Android 4.4.4 KitKat.

Dengan baterai 2.300 mAh yang diusungnya, Xperia E4g diklaim bisa bertahan dua hari penggunaan aktif.

Daya tahan baterai Xperia E4 bisa ditingkatkan berkat software khusus yang didesain untuk menjalankan mode Stamina dan Ultra Stamina dalam pengoperasian sehari-hari.

Xperia E4g sendiri dijadwalkan untuk dirilis di 50 negara sekaligus pada bulan April mendatang dengan harga 145 dollar AS atau sekitar Rp 1,9 juta. Belum diketahui apakah Indonesia masuk ke daftar negara tersebut atau tidak.
Read More

Asus Mau Bikin SmartWatch Tanpa Android Wear

KOMPAS.com - Asus dikabarkan akan membuat peranti jam tangan pintar (smartwatch) baru. Namun, tak seperti ZenWatch 3 yang telah lebih dulu dipasarkan, jam tangan pintar Asus yang baru tersebut tidak mengusung platform Android Wear.

Menurut situs Focus Taiwan, Jumat (13/2/2015), rencana Asus menanggalkan sistem operasi Android untuk peranti wearable buatan Google itu adalah untuk memperpanjang usia baterai jam tangan pintarnya.

Hal tersebut sesuai dengan perkataan Chairman Asustek, Jonney Shih saat peluncuran ZenWatch 3 tahun lalu. Saat itu Shih mengatakan bahwa smartwatch Asus berikutnya diharapkan memiliki daya tahan baterai selama tujuh jam.

Daya tahan baterai tersebut bisa dicapai dengan cara menyederhanakan chipset serta  menggunakan sistem operasi yang berbeda, tak seperti kebanyakan peranti smartwatch yang beredar saat ini, yang biasanya baterainya hanya bertahan sau hari.

MediaTek kabarnya ditunjuk sebagai vendor penyuplai chipset untuk peranti jam tangan Asus non-Android Wear tersebut. 

Walau demikian, Asus tak sepenuhnya meninggalkan Android Wear. CEO Asus, Jerry Shen mengatakan bahwa Asus akan terus bekerjasama dengan Google dalam membuat peranti Android Wear. 

"Kami akan terus bekerjasama dengan Google membuat Android Wear, namun kami juga akan membuat smartwatch lain yang tidak berbasis Android Wear yang memiliki daya tahan baterai lebih lama," ujar Jerry.

Peranti ZenWatch tanpa Android Wear tersebut dijadwalkan Asus akan diluncurkan pada kuartal ketiga tahun 2015.

Sebelumnya, Asus telah merilis ZenWatch 3 di ajang IFA Berlin pada September 2014, ZenWatch 3 dengan platform Android Wear memiliki layar AMOLED berukuran 1,6 inci. Di dalamnya tertanam prosesor besutan Qualcomm, media penyimpanan internal berkapasitas 4 GB dan RAM 512 MB. 

Harga ZenWatch 3 termasuk paling murah di antara tawaran-tawaran jam tangan pintar Android Wear, yaitu 199 Euro atau sekitar Rp 3,1 juta.
Read More

Menyimak Teknologi Seluler, dari 1G Hingga 4G

KOMPAS.com – Teknologi komunikasi seluler 4G sedang jadi topik hangat mengingat penerapannya tergolong baru di Indonesia. Namun sejatinya, teknologi yang ada tak melulu 4G. Ada sejumlah teknologi lain yang mendahului hingga bisa mencapai tahap tersebut.

Seperti yang dirangkum KompasTekno dari berbagai sumber, teknologi komunikasi nirkabel bermula dari 1G atau generasi pertama. Teknologi tersebut kemudian dikembangkan menjadi 2G, 3G hingga 4G yang kita kenal saat ini.

1G

Generasi pertama atau 1G tersebut diperkenalkan mulai 1970-an. Jangan bayangkan sudah ada koneksi internet pada teknologi komunikasi tahap ini. Teknologi 1G bekerja memanfaatkan transmisi sinyal analog. Saat itu, teknologi ini hanya dapat digunakan untuk panggilan telepon saja.

Ukuran ponsel 1G pun tergolong besar, bila dibandingkan dengan ponsel masa kini. Contohnya ponsel Motorola DynaTAC yang cukup populer pada masanya. Ponsel yang dibuat pada kurun 1984-1994 ini punya bobot 794 gram. Dengan bobot hampir satu kilogram, berat DynaTAC hampir setara dengan bobot Ultrabook.

Kemunculan teknologi 1G tersebut juga berperan besar dalam mendorong pertumbuhan pasar telepon genggam. Dikutip KompasTekno dari Bright Hubu, pangsa pasar telepon genggam saat itu tumbuh dari 30 menjadi 50 persen dalam tiap tahunnya. Bahkan pada 1990, pengguna teknologi 1G di seluruh dunia hampir mencapai angka 20 juta jiwa.

2G

Teknologi 1G terus digunakan hingga digantikan dengan teknologi 2G. Perbedaan utama antara kedua teknologi tersebut adalah pada sinyal radio yang digunakan. 1G menggunakan sinyal analog, sedangkan 2G menggunakan sinyal digital.

Ponsel yang menggunakan teknologi 2G mulai diperkenalkan pada kurun 1990. Ponsel yang sudah menerapkan teknologi ini bisa digunakan untuk berkirim dan menerima data dalam ukuran kecil. Maksudnya data di sini adalah pengiriman pesan teks (SMS), pesan bergambar serta pesan multimedia (MMS).

Teknologi 2G sendiri utamanya dibuat untuk layanan suara dan koneksi data yang cenderung lambat. Pemutakhiran pada jaringan ini kemudian memunculkan istilah 2.5G dan 2.75G.

Istilah 2.5G mengacu pada teknologi komunikasi 2G yang sudah dikombinasikan dengan General Packet Radio Service (GPRS). Secara teori, kecepatan transfer data menggunakan teknologi ini bisa mencapai 50 kbps. 

Selanjutnya, istilah 2.75G adalah teknologi komunikasi 2G yang dikombinasikan dengan standar Enchanced Data Rates for GSM Evolution (EDGE). Secara teori, kecepatan transfer datanya melebihi 2.5G, yaitu maksimal pada 1 Mbps.

3G

Penerapan standar GPRS pada teknologi komunikasi 2G membuka jalan untuk akses data yang lebih cepat. Selepasnya, muncul teknologi yang dikenal sebagai generasi ketiga atau 3G pada 1998.

Teknologi komunikasi 3G disebut juga sebagai mobile broadband pertama. Sebutan itu muncul karena kemampuannya mengakses internet dan bisa digunakan sebagai pengganti koneksi internet melalui kabel.

Selain kecepatan transfer data yang membuat akses internet cukup lancar, teknologi ini sudah memungkinkan digunakan kegiatan yang terkait dengan transfer audio, grafis maupun video. Singkatnya, teknologi komunikasi tersebut sudah mampu digunakan streaming video atau melakukan video call. 

International Telecommunication Union menyebutkan bahwa teknologi 3G ini diharapkan bisa mewujudkan kecepatan transfer data minimal 2 Mbps untuk pengguna yang sedang diam atau berjalan, dan 348 kbps jika sedang bergerak dalam kecepatan tinggi. Namun tidak dijelaskan secara baku berapa kecepatan maksimal yang diharapkan.

Pelan-pelan, teknologi komunikasi 3G pun berkembang ke masa transisi menuju generasi keempat atau 4G. Teknologi pada masa transisi tersebut dikenal sebagai 3.5G dan 3.75G. 

Teknologi 3.5G disebut juga sebagai High Speed Packet Access (HSPA). Pada tahap ini, kecepatan transfer data meningkat dengan batas maksimum unduh 14 Mbps, dan kecepatan unggah 5,76 Mbps.

Teknologi tersebut kemudian dikembangkan lagi menjadi 3.75G atau HSPA+. Secara teori, jaringan telekomunikasi yang menerapkan teknologi ini bisa memperoleh kecepatan unduh hingga 168 Mbps dan unggah hingga 22 Mbps. 

Batas tersebut merupakan perhitungan teoritis, sedangkan pengguna dalam keadaan nyata akan merasakan kecepatan transfer data yang lebih rendah tergantung situasi.

4G

Teknologi komunikasi generasi ketiga itu selanjutnya dikembangkan menjadi generasi keempat atau 4G. Ada dua sebutan untuk teknologi komunikasi 4G yang saat ini dikenal. Pertama adalah  Long Term Evolution (LTE) serta Long Term Evolution-Advance (LTE-A).

Teknologi LTE, secara teori menawarkan kecepatan unduh (download) hingga 100 Mbps dan kecepatan unggah (upload) hingga 50 Mbps. Kecepatan tersebut bisa lebih cepat lagi, tergantung rilis teknologi yang digunakan oleh operator. Meskipun begitu, LTE sebenarnya masih diberi label teknologi pra-4G.

Pelabelan tersebut dikarenakan kecepatan teoritis yang ditawarkan LTE belum mencapai standar 4G dari International Telecommunications Union-Radio communication sector (ITU-R). Organisasi internasional tersebut mengeluarkan International Mobile Telecommunication-Advanced (IMT-A) yang berisi syarat sebuah teknologi komunikasi 4G.

Syarat tersebut menyatakan bahwa sebuah teknologi 4G harus memiliki kecepatan unduh maksimal 1 Gbps dan unggah maksimal 500 Mbps. 

Sedangkan LTE yang seringkali disebut sebagai 4G oleh operator seluler, belum mencapai syarat tersebut. Berdasarkan hal tesebut, maka teknologi LTE-A lah yang didorong untuk muncul sebagai teknologi True 4G. 

4G di Indonesia

Indonesia sendiri saat ini sudah mulai bisa merasakan keberadaan teknologi 4G LTE, meskipun belum menyeluruh dan belum mudah dijangkau. Masalahnya, baru tahap pertama saja yang digelar di frekuensi 900 MHz.

Jaringan 4G LTE yang digelar oleh operator-operator telekomunikasi Indonesia, XL Axiata, Indosat, serta Telkomsel pun jangkauannya masih terbatas di beberapa wilayah. Kendala lainnya adalah belum banyak perangkat yang bisa digunakan untuk mengakses 4G LTE di frekuensi 900 MHz.

Kementerian Komunikasi dan Informatika Indonesia (Kemenkominfo) sekarang sedang bersiap mengumumkan 4G LTE tahap dua yang diterapkan di frekuensi 1.800 MHz. Rencananya, pengumuman kebijakan untuk teknologi itu akan dilakukan pada pertengahan Februari 2015 ini.

"Kebijakannya bahwa ini (4G) akan diimplementasikan segera akan kami keluarkan bulan Februari. Indonesia akan terapkan 4G/LTE di band 1.800 MHz tahun ini. Setelah policy itu keluar, itu (dilanjutkan) penataannya,” ujar Menkominfo Rudiantara, beberapa waktu lalu.

Jika teknologi tersebut sudah diterapkan di frekuensi 1.800 MHz, Rudiantara berharap 4G LTE akan lebih mudah dinikmati masyarakat. Karena menurut dia, saat ini sudah ada banyak pilihan perangkat yang sebenarnya bisa digunakan untuk mengakses 4G LTE di frekuensi itu.

Pengguna internet masih harus bersabar untuk bisa mengetahui seberapa muluskah kecepatan transfer data yang nanti terwujud di Indonesia. Setidaknya, kecepatan akses yang lebih tinggi diprediksi membuka banyak kemungkinan baru.
Read More

Windows RT Sudah Tamat

KOMPAS.com - Sistem operasi Windows RT saat ini hanya diusung oleh tablet Nokia Lumia 2520 dan Surface 2. Kedua tablet tersebut saat ini tidak lagi diproduksi. Dengan demikian, nasib Windows RT telah berhenti.

"Kami tidak lagi memproduksi Nokia Lumia 2520," demikian ujar pernyataan Microsoft, seperti dikutip KompasTekno dari The Verge, Selasa (3/2/2015).

Satu minggu sebelumnya, Microsoft juga memutuskan untuk menghentikan produksi tablet Surface 2 yang juga menggunakan sistem operasi Windows RT.

Vendor-vendor komputer seperti Lenovo, Asus, Samsung, dan Dell memang sebelumnya ikut mendukung Windows RT, namun produsen-produsen tablet tersebut akhirnya menarik diri karena tablet Windows RT tidak berhasil menarik minat konsumen.

Beberapa faktor yang turut menyumbang rendahnya popularitas tablet Windows RT antara lain minimnya aplikasi berbasis layar sentuh dan tampilan desktop yang membingungkan.

Windows RT menggunakan prosesor berbasis ARM, produsen tablet Windows kini juga lebih memilih untuk menggunakan prosesor buatan Intel untuk tablet-tablet ukuran 7 hingga 8 inci.

Kini, semua perhatian tertuju pada sistem operasi Windows 10 yang akan diluncurkan Microsoft tahun ini. Microsoft telah memamerkan fitur Windows 10 untuk perangkat smartphone. 

Belum jelas apakah Microsoft juga akan membuat perangkat tablet Windows 10 ukuran 7 - 8 inci berbasis ARM atau tidak.

Versi Preview Windows 10 untuk tablet sendiri telah ditampilkan Microsoft, namun didesain utnuk perangkat ukuran layar 8 inci ke atas.

Hingga kini, Microsoft belum memberikan pernyataan tentang rencananya membuat tablet berbasis ARM.

Dengan dihentikannya produksi tablet Surface 2, sementara penjualan Surface Pro 3 yang berbasis prosesor Intel ternyata lebih baik, nampaknya Microsoft akan lebih fokus menggarap pasar tablet berbasis prosesor Intel.
Read More

LG Ice Cream, Android Lipat untuk Anak Muda

KOMPAS.com - Ponsel model lipat (clamshell) masih belum "mati". LG masih berusaha menghidupkan kembali model ponsel yang populer beberapa tahun lalu melalui produk terbarunya, LG Ice Cream.

Produk dengan model clamshell ini, seperti KompasTekno kutip dari GSM Arena, Selasa (27/1/2015), lebih ditujukan untuk kalangan muda. Hal tersebut terlihat dari pilihan warna cerah yang membalut LG Ice Cream ini. Ia bakal hadir dalam dua warna, yakni pink dan biru tua.

Perangkat ini dilengkapi dengan keypad numeric, sama dengan yang dimiliki oleh ponsel zaman dulu. Tombol fisik lain yang terdapat di LG Ice Cream adalah tombol khusus untuk mengakses layanan pesan instan KakaoTalk. Sekadar informasi, KakaoTalk sangat populer di berbagai kalangan Korea Selatan.

Dari segi spesifikasi, LG Ice Cream tampak masuk ke kelas menengah. Produk tersebut dilengkapi dengan layar berukuran 3,5 inci yang mendukung resolusi 320 x 480 piksel.

LG Ice Cream "diotaki" prosesor Snapdragon 1,2 GHz quad-core dari Qualcomm, yang dikombinasikan dengan RAM 1 GB.

Dari segi kamera, produk perangkat itu memiliki kamera utama 8 megapiksel dan kamera depan dengan resolusi VGA. Selain itu, LG Ice Cream sudah mendukung koneksi 4G LTE dan berjalan di sistem operasi Android 4.4 KitKat.

Ponsel ini sendiri dibanderol dengan harga sekitar 227 dollar AS atau Rp 2,8 juta. Sayangnya, LG Ice Cream tidak akan dijual di Indonesia karena perangkat tersebut ternyata khusus dijual untuk pasar Korea Selatan saja.

LG Ice Cream merupakan ponsel clamshell berbasiskan Android kedua yang dirilis perusahaan asal Negeri Ginseng ini. Sebelumnya, LG telah merilis Wine Smart. Perangkat yang diluncurkan menjelang akhir tahun 2014 ini lebih dirancang untuk para orang tua.
Read More

Sabtu, 04 April 2015

Ini Ponsel 4G "Tercepat" Pertama di Dunia

KOMPAS.com - Samsung baru saja merilis anggota terbaru dari keluarga produk Galaxy Note 4. Perangkat yang satu ini dinamakan Galaxy Note 4 S-LTE.

Produk baru tersebut tidak memiliki banyak perbedaan dari Galaxy Note 4 versi original. Hanya saja, Galaxy Note 4 S-LTE telah mendukung kecepatan 4G LTE yang lebih kencang.

Perangkat ini, seperti KompasTekno kutip dari Phone Arena, Selasa (20/1/2015), akan mendukung 4G LTE kategori 9. Itu artinya, perangkat tersebut mampu mengunduh data dengan kecepatan super cepat, hingga 450 Mbps.

Ia juga merupakan ponsel dengan dukungan 4G LTE kategori 9 pertama yang dirilis ke pasaran.

Galaxy Note 4 S-LTE ini, untuk saat ini, hanya bisa digunakan secara optimal di negara Korea Selatan. Musababnya, baru satu operator yang merilis layanan 4G LTE triband di dunia, yakni SK Telecom, operator seluler asal Negeri Ginseng tersebut.

Perangkat ini sendiri mendukung agregasi tri-band 10 MHz + 10 MHz + 20 MHz, layanan yang baru saja dirilis oleh SK Telecom bulan lalu.

Untuk mendukung jaringan tersebut, Galaxy Note 4 S-LTE menggunakan prosesor buatan Samsung sendiri, Exynos 5433. 

Seri prosesor yang digunakan ini berbeda dari yang dirumorkan sebelumnya. Kala itu, Samsung dikabarkan akan mempersenjatai Galaxy Note 4 S-LTE dengan prosesor Snapdragon 810 dari Qualcomm.

Saat ini, Galaxy Note 4 S-LTE baru akan dirilis di pasar Korea Selatan saja. Informasi perihal harga perangkat tersebut pun belum dibeberkan oleh Samsung.

Selain Samsung, LG juga akan merilis perangkat yang dilengkapi dengan dukungan LTE kategori 9. Perangkat tersebut adalah LG G Flex 2. Produk ini dijadwalkan untuk dirilis pada 30 Januari 2015, lebih lama satu minggu ketimbang Galaxy Note 4 S-LTE.
Read More

Internet Indonesia Makin Kencang, Nomor 77 di Dunia

JAKARTA, KOMPAS.com — Indonesia mengalami pertumbuhan kualitas internet yang signifikan pada kuartal III tahun 2014. 

Hal ini tertera pada laporan per kuartal yang dirilis lembaga penyedia layanan cloudglobal, Akamai Technologies, melalui laporan State of the Internet dan dikutipKompasTekno, Senin (12/1/2015).

State of the Internet kali ini melaporkan, kecepatan koneksi internet rata-rata di Indonesia selama kuartal III-2014 adalah 3,7 Mbps. Data ini menunjukkan peningkatan sebanyak 49 persen dari kuartal sebelumnya dan 149 persen dibanding kuartal III-2013.

Peningkatan kecepatan tersebut membuat peringkat internet Indonesia naik dari urutan ke-101 menjadi urutan ke-77 di seluruh dunia. 

Capaian ini mengalahkan peringkat Vietnam, Filipina, dan India, sebagai sesama negara dalam wilayah Asia Pasifik. Untuk wilayah Asia Pasifik, Indonesia menempati peringkat ke-11. 

Sedangkan untuk kecepatan koneksi internet tertinggi di Indonesia mencapai 25,8 Mbps. Data ini juga menunjukkan peningkatan signifikan, yakni 9,9 persen dari kuartal II dan 166 persen dari tahun 2013.

Dalam laporan Akamai, sebanyak 35 persen pengguna internet di Indonesia juga telah terkoneksi dengan internet broadband berkecepatan lebih dari 4 Mbps. Angka ini sekaligus menunjukkan pertumbuhan 250 persen dari kuarter sebelumnya dan 1884 persen dari tahun sebelumnya. 

Fakta ini cukup mengejutkan mengingat Indonesia sering kali disebut-sebut sebagai negara dengan kualitas internet buruk.

Negara dengan kecepatan internet terkencang tetap dipegang Korea Selatan diikuti oleh Hongkong dengan angka rata-rata 25,3 Mbps dan 16,3 Mbps.

Berikut daftar peringkat kecepatan internet beberapa negara di Asia Pasifik:


Akamai
peringkat internet indonesia
Read More